Saya punya ekspektasi yang tinggi ketika mendengar Ariel, Lukman, Uki, Reza, dan David akan meluncurkan single baru berjudul “Separuh Aku.” Apalagi, single ini merupakan lagu pertama NOAH, nama baru yang dipilih Ariel, Lukman, Uki, Reza, dan David menggantikan nama sebelumnya PETERPAN.
Bergelut dengan pemberitaan di media, saya menemukan adanya bocoran dari single baru yang sebetulnya baru akan dilucurkan serempak Jumat (3/8/2012) besok. Menyimak, beberapa kali. Mendalami suara Ariel menyanyikan lagu tersebut. Kata demi kata.
Lagu ini nampak tanpa sentuhan Ariel, atau mungkin sangat sedikit. Jika benar salah satu media menulis, lagu ini sepenuhnya lahir dari kreativitas David. Syairnya ditulis David dan Ichsan.
Belum jelas kapan persisnya David menetaskan Separuh Aku tersebut. Satu-satunya yang penting dari kronologisasi lahirnya lagu ini adalah peran Ariel. Jika lagu ini ditulis David saat Ariel masih bebas, ketika mereka hampir matang untuk mengumumkan nama band barunya 2,5 tahun yang lalu, sentuhan Ariel bisa jadi cukup signifikan. Tetapi, jika David menghasilkan lagu ini tatkala Ariel sedang meringkuk dalam tahanan di Bandung, Ariel mungkin hanya memberikan sentuhan kecil.
Ariel memang mendominasi hampir semua lagu kelima orang ini ketika masih sebagai PETERPAN. Lalu, bersama NOAH, Separuh Aku pun hadir. Instrumen dan warna lagu Separuh Aku itu nampak sangat berbeda dengan karya-karya kelima orang ini sebagai PETERPAN.
Pertama, letak perbedaannya terutama pada berimbangnya porsi instrumental dan tata musik dengan personifikasi vokal Ariel. Instrumental dan tata musik pada lagu ini bahkan bisa berdiri sendiri lepas dari karakter vokal Ariel. Ini jelas sangat berbeda. Karena Ariel dan PETERPAN sebelumnya menerjemahkan instrumental dan tata musik sebagai pelayan bagi karakter vokal Ariel. Instrumen dan tata musik hanyalah pengiring, pengantar masuk pada kekuatan hipnotisasi vokal dan mistisnya syair-syair lagu-lagu Ariel. Entah di depan, tengah, maupun akhir, tata musik tetaplah pelayan. Tidak boleh mendominasi karakter vokal Ariel tersebut.
Kedua, kesan pop melayu yang kental Indonesia nampak hilang dari lagu ini. Pop melayu ini pula yang menjadi pintu gerbang meledaknya karya-karya PETERPAN sebelumnya. PETERPAN kala munculnya adalah band alternatif sekaligus pencetak genre musik baru di blantika musik Indonesia. Ketika musik Indonesia sedang lesu setelah rock keras dan slow rock mendominasi, PETERPAN hadir dan booming dengan pop melayu modern.
Lalu, kepopulerannya itu pun berhasil didiversifikasi dengan baik oleh Ariel dan kawan-kawan melalui karya-karya pop melayu modern dengan citarasa musik yang tinggi. Terbalik dengan WS Rendra, yang bernyanyi dalam berpuisi. Baju mereka tetap pop melayu modern, tetapi mereka seperti sedang berpuisi dalam bernyanyi. Berpuisi dengan indah. Mereka bahkan sedang bermain drama: menghadirkan tragedi untuk para penikmatnya hingga ke sebuah klimaks. Lalu mereka menutup lagu-lagu itu dengan sebuah akhir yang manis.
Separuh Aku sepertinya sedang berdifusi ke rock. Inilah yang membuat sisi instrumental dan tata musik single baru ini nampak independen dari karakter vokal Ariel. Ini pulalah yang menjadi pertanda bahwa David memang sang penetas lagu tersebut.
Jika lagu ini dipilih untuk memberikan tanda adanya sebuah babak baru dari PETERPAN kepada NOAH, sentuhan David jelas berhasil. Dua perbedaan mencolok di atas seyogyanya adalah pembatas yang tegas antara masa lalu dan masa kini. Lagu ini memang berhasil menanamkan satu tonggak penting dalam sejarah perjalanan PETERPAN menjadi NOAH.
Namun, karakter vokal, kejeniusan, dan mistifikasi Ariel dalam lagu ini tetap tidak bisa ditipu. Kekuatan ini pula yang dimanfaatkan NOAH untuk mempertalikan masa lalu dan masa kini. Bahwa PETERPAN tetap hadir dan Ariel menggaransi adanya jembatan yang selalu menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dari PETERPAN kepada NOAH. Personifikasi Ariel pun menjadi jembatan yang baik untuk penyeberangan para penikmat dan penggemar berat karya-karya jenius kelima orang ini dari PETERPAN kepada NOAH.
Harus diakui, Separuh Aku tetaplah puitis. Sentuhan Ariel mungkin ada di sini. Ini pulalah yang menambah kuat benang merah yang tetap terjaga antara masa lalu dan masa kini. Ariel tetap akan berpuisi dalam bernyanyi melalui Separuh Aku.
Ariel mengatakan, bagi NOAH, yang baru itu bukan sekadar nama dan singlenya, tetapi semangat baru. “Bukan soundnya, bukan kualitas sync-nya. Yang baru dari NOAH itu semangatnya. Ada yang saya rasakan dari band ini, setelah kita lama menahan, sesuatu baru yang menonjol itu semangat teman-teman yang bisa saya rasain. Di balik kita menawarkan lagu baru yang paling utama itu semangatnya yang baru,” katanya.
Barangkali, atas dasar semangat dan kebersamaan itu, juga atas loyalitas rekan-rekannya itu, Separuh Aku pun bisa dijelaskan begini:
Bahwa Ariel menyadari sisi dominan yang selalu dia tampilkan untuk semua karya PETERPAN sebelumnya. Lalu ketika masalah berat yang menimpa dirinya hingga band tersebut harus berhenti total, keempat rekannya memilih tetap bertahan di sisinya. Mereka tetap solid dan mencari cara, apapun itu, untuk membuat eksistensi mereka tetap hidup. Suara Lain, sepenuhnya instrumental yang diawaki melalui sentuhan dominan David adalah cara bereksistensi tanpa Ariel. Dengan cara ini, Ariel menyadari Separuh Aku adalah Dirimu. Demikian pun sebaliknya. Ariel adalah Separuh Aku, untuk perjalanan NOAH. Bahwa sekarang saatnya, tidak ada lagi yang dominan, kecuali semangat bersama. Sebab, Separuh Aku adalah Dirimu.
NOAH pun menyadari, betapa loyalitas penggemar PETERPAN tidak bisa dipungkiri. Masa vacum tidak tidak pernah mematikan kecintaan dan fanatisme penggemar atas karya-karya kelima orang ini. Mereka adalah Separuh Diri bagi NOAH.
Yah, babak vacum, masa-masa sulit dari perjalanan loyalitas kelima orang itu, tampak mereka dipicingkan seperti Suara Lain dari sebuah dunia lain. Mereka terpisah dan benar-benar satu sama lain hanya bisa didengar seperti Suara Lain. Yang satu menjerit dalam sepi seperti seorang Dara. Tetapi kini mereka sudah kembali. Mereka sudah berdamai dan kembali memanggil. Mereka bukan lagi Suara Lain. Mereka adalah NOAH: nyaman, converter, peaceful, longlive. Dengar suara mereka kini:
Dengar laraku
Suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku
Menyentuh laramu
Semua lukamu telah menjadi lirihku
Karena separuh aku
Dirimu
Yah, Seribu tahun buatmu, NOAH.(*)
Bergelut dengan pemberitaan di media, saya menemukan adanya bocoran dari single baru yang sebetulnya baru akan dilucurkan serempak Jumat (3/8/2012) besok. Menyimak, beberapa kali. Mendalami suara Ariel menyanyikan lagu tersebut. Kata demi kata.
Lagu ini nampak tanpa sentuhan Ariel, atau mungkin sangat sedikit. Jika benar salah satu media menulis, lagu ini sepenuhnya lahir dari kreativitas David. Syairnya ditulis David dan Ichsan.
Belum jelas kapan persisnya David menetaskan Separuh Aku tersebut. Satu-satunya yang penting dari kronologisasi lahirnya lagu ini adalah peran Ariel. Jika lagu ini ditulis David saat Ariel masih bebas, ketika mereka hampir matang untuk mengumumkan nama band barunya 2,5 tahun yang lalu, sentuhan Ariel bisa jadi cukup signifikan. Tetapi, jika David menghasilkan lagu ini tatkala Ariel sedang meringkuk dalam tahanan di Bandung, Ariel mungkin hanya memberikan sentuhan kecil.
Ariel memang mendominasi hampir semua lagu kelima orang ini ketika masih sebagai PETERPAN. Lalu, bersama NOAH, Separuh Aku pun hadir. Instrumen dan warna lagu Separuh Aku itu nampak sangat berbeda dengan karya-karya kelima orang ini sebagai PETERPAN.
Pertama, letak perbedaannya terutama pada berimbangnya porsi instrumental dan tata musik dengan personifikasi vokal Ariel. Instrumental dan tata musik pada lagu ini bahkan bisa berdiri sendiri lepas dari karakter vokal Ariel. Ini jelas sangat berbeda. Karena Ariel dan PETERPAN sebelumnya menerjemahkan instrumental dan tata musik sebagai pelayan bagi karakter vokal Ariel. Instrumen dan tata musik hanyalah pengiring, pengantar masuk pada kekuatan hipnotisasi vokal dan mistisnya syair-syair lagu-lagu Ariel. Entah di depan, tengah, maupun akhir, tata musik tetaplah pelayan. Tidak boleh mendominasi karakter vokal Ariel tersebut.
Kedua, kesan pop melayu yang kental Indonesia nampak hilang dari lagu ini. Pop melayu ini pula yang menjadi pintu gerbang meledaknya karya-karya PETERPAN sebelumnya. PETERPAN kala munculnya adalah band alternatif sekaligus pencetak genre musik baru di blantika musik Indonesia. Ketika musik Indonesia sedang lesu setelah rock keras dan slow rock mendominasi, PETERPAN hadir dan booming dengan pop melayu modern.
Lalu, kepopulerannya itu pun berhasil didiversifikasi dengan baik oleh Ariel dan kawan-kawan melalui karya-karya pop melayu modern dengan citarasa musik yang tinggi. Terbalik dengan WS Rendra, yang bernyanyi dalam berpuisi. Baju mereka tetap pop melayu modern, tetapi mereka seperti sedang berpuisi dalam bernyanyi. Berpuisi dengan indah. Mereka bahkan sedang bermain drama: menghadirkan tragedi untuk para penikmatnya hingga ke sebuah klimaks. Lalu mereka menutup lagu-lagu itu dengan sebuah akhir yang manis.
Separuh Aku sepertinya sedang berdifusi ke rock. Inilah yang membuat sisi instrumental dan tata musik single baru ini nampak independen dari karakter vokal Ariel. Ini pulalah yang menjadi pertanda bahwa David memang sang penetas lagu tersebut.
Jika lagu ini dipilih untuk memberikan tanda adanya sebuah babak baru dari PETERPAN kepada NOAH, sentuhan David jelas berhasil. Dua perbedaan mencolok di atas seyogyanya adalah pembatas yang tegas antara masa lalu dan masa kini. Lagu ini memang berhasil menanamkan satu tonggak penting dalam sejarah perjalanan PETERPAN menjadi NOAH.
Namun, karakter vokal, kejeniusan, dan mistifikasi Ariel dalam lagu ini tetap tidak bisa ditipu. Kekuatan ini pula yang dimanfaatkan NOAH untuk mempertalikan masa lalu dan masa kini. Bahwa PETERPAN tetap hadir dan Ariel menggaransi adanya jembatan yang selalu menghubungkan masa lalu dengan masa kini, dari PETERPAN kepada NOAH. Personifikasi Ariel pun menjadi jembatan yang baik untuk penyeberangan para penikmat dan penggemar berat karya-karya jenius kelima orang ini dari PETERPAN kepada NOAH.
Harus diakui, Separuh Aku tetaplah puitis. Sentuhan Ariel mungkin ada di sini. Ini pulalah yang menambah kuat benang merah yang tetap terjaga antara masa lalu dan masa kini. Ariel tetap akan berpuisi dalam bernyanyi melalui Separuh Aku.
Ariel mengatakan, bagi NOAH, yang baru itu bukan sekadar nama dan singlenya, tetapi semangat baru. “Bukan soundnya, bukan kualitas sync-nya. Yang baru dari NOAH itu semangatnya. Ada yang saya rasakan dari band ini, setelah kita lama menahan, sesuatu baru yang menonjol itu semangat teman-teman yang bisa saya rasain. Di balik kita menawarkan lagu baru yang paling utama itu semangatnya yang baru,” katanya.
Barangkali, atas dasar semangat dan kebersamaan itu, juga atas loyalitas rekan-rekannya itu, Separuh Aku pun bisa dijelaskan begini:
Bahwa Ariel menyadari sisi dominan yang selalu dia tampilkan untuk semua karya PETERPAN sebelumnya. Lalu ketika masalah berat yang menimpa dirinya hingga band tersebut harus berhenti total, keempat rekannya memilih tetap bertahan di sisinya. Mereka tetap solid dan mencari cara, apapun itu, untuk membuat eksistensi mereka tetap hidup. Suara Lain, sepenuhnya instrumental yang diawaki melalui sentuhan dominan David adalah cara bereksistensi tanpa Ariel. Dengan cara ini, Ariel menyadari Separuh Aku adalah Dirimu. Demikian pun sebaliknya. Ariel adalah Separuh Aku, untuk perjalanan NOAH. Bahwa sekarang saatnya, tidak ada lagi yang dominan, kecuali semangat bersama. Sebab, Separuh Aku adalah Dirimu.
NOAH pun menyadari, betapa loyalitas penggemar PETERPAN tidak bisa dipungkiri. Masa vacum tidak tidak pernah mematikan kecintaan dan fanatisme penggemar atas karya-karya kelima orang ini. Mereka adalah Separuh Diri bagi NOAH.
Yah, babak vacum, masa-masa sulit dari perjalanan loyalitas kelima orang itu, tampak mereka dipicingkan seperti Suara Lain dari sebuah dunia lain. Mereka terpisah dan benar-benar satu sama lain hanya bisa didengar seperti Suara Lain. Yang satu menjerit dalam sepi seperti seorang Dara. Tetapi kini mereka sudah kembali. Mereka sudah berdamai dan kembali memanggil. Mereka bukan lagi Suara Lain. Mereka adalah NOAH: nyaman, converter, peaceful, longlive. Dengar suara mereka kini:
Dengar laraku
Suara hati ini memanggil namamu
Karena separuh aku
Menyentuh laramu
Semua lukamu telah menjadi lirihku
Karena separuh aku
Dirimu
Yah, Seribu tahun buatmu, NOAH.(*)