CURHAT TUAN SETAN KEPADAKU - CATATAN HAYDAR ALI

Teknologi

More on this category »
Home » » CURHAT TUAN SETAN KEPADAKU

CURHAT TUAN SETAN KEPADAKU


Pagi ini.. Aku nyasar liat facebook seseorang (temen SMA dulu).. Penasaran, sekarang dia seperti apa?? hehe.. Trus abis kenyang ngliat foto-foto di albumnya n ngliat video akad nikah (akad nikah.. huaaaa.. :'( *wajah mupeng lagi nangis*.. kenapa bukan AKU yg disitu??)), akhirnya nyasar juga baca catatan2nya.. Ada banyak judul, gan.. Prahara Seorang Papa.. Karna Dia Adalah Ibuku.. Kelak Kau Baca Aku. Dll.. Ada satu judul yg membuat hati tergilitik buat share ke kamu.. Judulnya Curhat Tuan Setan Kepadaku,,

Dari judulnya aja dah aneh kan?? Kapan coba coba ketemu setan.. Trussss.. Kalo diperhatiin,, apa mungkin seorang setan,, (hmm.. kug seorang).. 

Yaudah diganti.. Apa mungkin sesetan setan (hahaha.. waguuu tenan yo) berani ketemu wanita berjilbab putih di pic samping ni?? Aku aja gk brani.. apalagi setan.. hahaha.. 

Pasti kamu juga penasaran?? So.. Baca langsung aja gan..!!!

CURHAT TUAN SETAN KEPADAKU

Tadi malam, Tuan Setan curhat lagi, tentang banyak hal. Ia heran melihat banyak di antara kita, para manusia, yang memilih untuk “menyerah” dan “putus asa” menghadapi berbagai persoalan hidup yang mereka hidupi dan hidup yang ingin mereka hidup-hidupkan. Sebagian lain bahkan menjalani hidup dengan cara yang menurutnya sangat memalukan. “Belakangan ini para manusia menjadi semakin cengeng dan terlihat tolol!” Katanya kesal.

Ia berkali-kali mengurut dada, menggelengkan kepala, mencoba mengerti apa yang terjadi di sekelilingnya—ia tak mampu menyembunyikan rasa kesalnya. Rahangnya menguat, terdengar gigi-giginya gemeretak. Ia lalu mencontohkan seorang ayah yang tega membanting anaknya sendiri yang masih bayi sampai mati, seorang Ibu yang membawa serta dua anaknya bunur diri dengan membakar diri hidup-hidup, lelaki tambun yang mengakhiri hidupnya dengan terjun dari lantai delapan sebuah pusat perbelanjaan—semuanya karena persoalan ekonomi. Di sisi lain, mereka yang berkelimpahan harta lupa bagaimana caranya memaknai kemanusiaan; pejabat yang tega menghabisi uang rakyat, penegak hukum yang kian buta memaknai keadilan dan kebenaran.

Ia membetulkan posisi duduknya. Tak lama berselang, ia bangkit menuju jendela. Menghela napas panjang. “Apa ini salahku? Seperti kata mereka.” Katanya lemas. “Rasanya, aku tak pernah secara spesifik meminta mereka berbuat sekeji dan sejahat itu. Mereka terlalu kreatif merespon godaanku, tafsir mereka terlalu liar atas apa saja yang kubisikan pada telinga mereka. Faktanya, aku hanya berkata, ‘Sahabat Super yang saya cintai, bangkitkan sisi negatifmu. Lalu lihat apa yang akan terjadi!’”
Sekali lagi, ia menggelengkan kepalanya. “Aku tak mengira efeknya separah ini!”

Saya bingung sendiri mendengarnya berkeluh kesah seperti ini. Lagi pula, benar juga apa yang dia bicarakan. Aku jadi ingat kata-kata sahabatku yang lain, “Manusia bisa lebih buruk daripada setan, juga bisa lebih baik melampaui malaikat.” Mungkin fenomena ini yang sekarang terjadi di sekeliling kita. Entah tanda-tanda apa ini. Mungkin kiamat memang kian dekat—atau kemanusiaan kita kian surut, lantas kita merasa biasa saja menyaksikan pembunuhan, melihat kejahatan, menatap ketidakadilan, melakukan kecurangan, kebohongan, penganiayaan, dan seterusnya.

Kami lantas berbincang soal banyak hal. Tuan Setan merasa sudah saatnya untuk pensiun dari tugasnya. “Manusia udah nggak asyik lagi.” Katanya. “Kalau semua sudah jahat dan keliru-keliru, lalu apalagi tugasku? Ini malah melebihi target yang diamanatkan undang-undang dasar setan.
Barangkali itulah salah satu alasan Tuan Setan melakukan hampir segala hal dalam sembunyi, ia sendiri sebenarnya malu atas apa yang pernah ia perbuat di masa lalu. Tapi kita? Kita seperti tak pernah mengerti makna rasa malu—berkali-kali berbuat kesalahan, kejahatan, kebohongan, kenistaan, pengkhinatan, perselingkuhan pun kita tak pernah memilih untuk sembunyi. Kita selalu “terlihat”. Cuek saja di hadapan banyak orang. Dan tak jarang kita merasa bangga atas kejahatan yang kita perbuat.

Diri kita sepenuhnya ditentukan oleh apa yang kita perbuat, dan setiap orang ditentukan sepenuhnya oleh apa saja yang mereka lakukan dalam hidup yang mereka hidupi dan hidup yang ingin mereka hidup-hidupkan. Itu saja soalnya. 

Biarlah Tuan Setan menjalankan tugasnya. Biarkanlah ia terus menggoda kita. Tapi, biarkan sampai di situ saja. Jangan sampai kita kehilangan kemanusiaan kita. Manusialah yang memiliki kemampuan dan kesempatan untuk memilih yang baik atau yang buruk, kebaikan atau kejahatan, kebohongan atau kejujuran, pengkhianatan atau kesetiaan. Setan bahkan malaikat tak punya pilihan-pilihan itu

Saya menarik napas panjang dan menghembuskannya pelan-pelan. Ada yang bergetar dalam dada. Memang benar sepertinya. Tak ada alasan lagi untuk menunda memosisikan diri sebagai tuan bagi diri kita sendiri. Kitalah yang memilih melakukan kebenaran atau kejahatan, bukan siapapun. Bila kejahatan-kejahatan dan keburukan-keburukan yang selama ini ada di sekeliling kita adalah hasil akumulasi dari kejahatan-kejahatan dan keburukan-keburukan pribadi, sudah saatnya kita mengubahnya. Mulailah memilih segala yang baik dan yang benar dari diri kita sendiri, biarkan semua itu terus-menerus terakumulasi; lalu lihat apa yang akan terjadi!

Tuan Setan sudah menghilang tiba-tiba dari hadapan saya. Diam-diam saya ingin melakukan kebaikan pertama malam ini dengan berkata tulus padanya, “Terima kasih, Tuan Setan.” Dan kebaikan kedua? Saya menuliskan “curhat” ini buat kalian—semoga benar-benar menjadi kebaikan.

I.R.M (Sorry.. nama pengarang dikasih inisial aja.. nanti tenaran dia dripada aku.. wkwkwkw)
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan klik disini untuk berlangganan gratis via email, dengan begitu Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Creating Website
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. CATATAN HAYDAR ALI - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website
Proudly powered by Blogger