LONDON: Roger Federer berjuang melalui pertandingan tunggal tiga set terlama dalam era profesional, Jumat, saat dia mengalahkan petenis Argentina Juan Martin del Potro 3-6, 7-6 (7/5), 19-17 untuk lolos ke final tenis Olimpiade.
Juara Wimbledon Federer berada di jurang kekalahan yang mengejutkan setelah kehilangan set pertama, tapi petenis nomor satu dunia itu akhirnya berhasil menundukkan del Potro setelah pertandingan berlangsung selama 4 jam dan 26 menit.
Kelolosan Federer (30) itu berarti dia sudah menjamin setidaknya medali perak pada Olimpiade. Pada final yang akan digelar Minggu (5/8), dia akan menghadapi petenis nomor dua dunia Novak Djokovic atau petenis Inggris Raya Andy Murray, yang dikalahkan Federer pada final Wimbledon bulan lalu.
Setelah relatif tampil biasa selama dua tahun, Federer secara mendadak menikmati masa-masa dominasinya dan kemenangan yang dicapai dengan perjuangan keras ini memperlihatkan keinginannya untuk bisa setangguh seperti sebelumnya.
Federer, yang merebut medali emas ganda bersama Stanislas Wawrinka pada Olimpiade Beijing empat tahun lalu, merebut gelar juara Wimbledon kurang dari sebulan lalu untuk ketujuh kalinya.
Kini dua tinggal meraih satu kemenangan lagi untuk melengkapi 'Golden Slam' gelar dalam seluruh empat gelar Grand Slam dan medali emas tunggal Olimpiade.
Kemenangan final AS Terbuka 2009 yang diraih Del Potro atas Federer merupakan salah satu dari dua kemenanganya dalam 14 pertemuan atas petenis Swiss tersebut, yang bangkit dari kekalagan dua set untuk mengalahkan petenis berusia 23 tahun itu pada perempat final Prancis Terbuka.
Tapi kini petenis Argentina itu memberikan perlawanan, melepaskan servis-servis keras dan groundstroke untuk menghindarkan kendali penuh Federer.
Setelah lolos dari dua kali break point pada game ketiga, del Potro membuat Federer terlihat tidak nyaman dan dia mengamankan break pertama untuk unggul 5-3 saat backhand petenis Swiss itu mendarat di net.
Federer berusaha keras menghasilkan angka dari servisnya dan dia melepaskan dua ace pentig untuk lolos dari dua kali break point saat kedudukan 4-4 pada set kedua.
Perlu tiebreak untuk menentukan pemenang set kedua itu dan Federer akhirnya mulai mendikte tempo permainan. Dia unggul 4-2 dan menjaga ketenangannya untuk membuat del Potro melakukan serangkaian kesalahan.
Pada set terakhir, terjadi lima kali peluang break yang terbuang percuma, dua dari del Potro dan tiga kali oleh Federer, sebelum petenis Swiss itu mendapat peluang untuk menutup pertandingan setelah mencuri poin servis saat kedudukan 9-9.
Namun kemudian dia tidak dapat mengakhiri perlawanan del Potro saat petenis Argentina itu secara luar biasa mencuri poin servis tanpa terbalas.
Drama berlanjut saat Federer menyia-nyiakan tiga break point lagi saat kedudukan 14-14, sebelum akhirnya dia berhasil mencuri poin servis untuk unggul 18-17.
Pada game berikutnya, Federer tidak membuang peluangnya dan mengakhiri pertandingan panjang tersebut saat pukulan bola del Potro mendarat di net pada match-point keduanya. (Antara/AFP/arh)
Juara Wimbledon Federer berada di jurang kekalahan yang mengejutkan setelah kehilangan set pertama, tapi petenis nomor satu dunia itu akhirnya berhasil menundukkan del Potro setelah pertandingan berlangsung selama 4 jam dan 26 menit.
Kelolosan Federer (30) itu berarti dia sudah menjamin setidaknya medali perak pada Olimpiade. Pada final yang akan digelar Minggu (5/8), dia akan menghadapi petenis nomor dua dunia Novak Djokovic atau petenis Inggris Raya Andy Murray, yang dikalahkan Federer pada final Wimbledon bulan lalu.
Setelah relatif tampil biasa selama dua tahun, Federer secara mendadak menikmati masa-masa dominasinya dan kemenangan yang dicapai dengan perjuangan keras ini memperlihatkan keinginannya untuk bisa setangguh seperti sebelumnya.
Federer, yang merebut medali emas ganda bersama Stanislas Wawrinka pada Olimpiade Beijing empat tahun lalu, merebut gelar juara Wimbledon kurang dari sebulan lalu untuk ketujuh kalinya.
Kini dua tinggal meraih satu kemenangan lagi untuk melengkapi 'Golden Slam' gelar dalam seluruh empat gelar Grand Slam dan medali emas tunggal Olimpiade.
Kemenangan final AS Terbuka 2009 yang diraih Del Potro atas Federer merupakan salah satu dari dua kemenanganya dalam 14 pertemuan atas petenis Swiss tersebut, yang bangkit dari kekalagan dua set untuk mengalahkan petenis berusia 23 tahun itu pada perempat final Prancis Terbuka.
Tapi kini petenis Argentina itu memberikan perlawanan, melepaskan servis-servis keras dan groundstroke untuk menghindarkan kendali penuh Federer.
Setelah lolos dari dua kali break point pada game ketiga, del Potro membuat Federer terlihat tidak nyaman dan dia mengamankan break pertama untuk unggul 5-3 saat backhand petenis Swiss itu mendarat di net.
Federer berusaha keras menghasilkan angka dari servisnya dan dia melepaskan dua ace pentig untuk lolos dari dua kali break point saat kedudukan 4-4 pada set kedua.
Perlu tiebreak untuk menentukan pemenang set kedua itu dan Federer akhirnya mulai mendikte tempo permainan. Dia unggul 4-2 dan menjaga ketenangannya untuk membuat del Potro melakukan serangkaian kesalahan.
Pada set terakhir, terjadi lima kali peluang break yang terbuang percuma, dua dari del Potro dan tiga kali oleh Federer, sebelum petenis Swiss itu mendapat peluang untuk menutup pertandingan setelah mencuri poin servis saat kedudukan 9-9.
Namun kemudian dia tidak dapat mengakhiri perlawanan del Potro saat petenis Argentina itu secara luar biasa mencuri poin servis tanpa terbalas.
Drama berlanjut saat Federer menyia-nyiakan tiga break point lagi saat kedudukan 14-14, sebelum akhirnya dia berhasil mencuri poin servis untuk unggul 18-17.
Pada game berikutnya, Federer tidak membuang peluangnya dan mengakhiri pertandingan panjang tersebut saat pukulan bola del Potro mendarat di net pada match-point keduanya. (Antara/AFP/arh)